Advertisement

DKK Blora Beberkan Pasang Surut Kasus ISPA Tahun 2022-2023

Advertisement

JATENG MEMANGGIL – Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Blora, Jawa Tengah, mencatat jumlah kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Dari data 2022-2023 terjadi pasang surut kasus tersebut.

Kepala DKK Blora, Edi Widayat saat dikonfirmasi membeberkan, bahwa angka kasus ISPA yang terjadi pada Balita ke bawah dari Januari sampai Oktober 2023 ini mengalami penurunan dibanding tahun 2022.

“Yang pneumonia (radang paru) pada tahun 2022 mencapai 343 kasus, dan pada tahun 2023 ini mencapai 316 kasus. Sedangkan yang bukan pneumonia pada tahun 2022 mencapai 12.848 kasus, dan pada tahun 2023 ini mencapai 3.576 kasus,” beber Edi, panggilannya kepada Jateng Memanggil melalui keterangan tertulis, selasa (07/11/2023).

Baca Juga:   KPU Kendal Rekap Hasil Penghitungan Suara Pilkada 2024

Kemudian, lanjutnya, bahwa angka kasus ISPA yang terjadi pada Balita ke atas dari Januari sampai Oktober 2023 ini mengalami kenaikan dibanding tahun 2022.

“Yang pneumonia pada tahun 2022 mencapai 444 kasus, dan pada tahun 2023 ini mencapai 519 kasus. Sedangkan yang bukan pneumonia pada tahun 2022 mencapai 32.915 kasus, dan pada tahun 2023 ini mencapai 36.776 kasus,” tambah Edi.

Perubahan Iklim

Kepala DKK Blora, Edi Wilayah saat ditemui wartawan di kantornya. (Jateng Memanggil/Ist)

Menurutnya, kenaikan kasus ISPA diperkirakan karena adanya perubahan iklim hingga menyebabkan musim kemarau yang berkepanjangan. Hal ini berdampak terjadi polusi udara yang mengganggu sistem pernapasan sebagian masyarakat Blora.

Baca Juga:   Lestarikan Tradisi Intelektual Pesantren Salaf, JPPPM Gelar Bahtsul Masail

Edi menyebutkan sejumlah upaya pencegahan ISPA yang bisa dilakukan. Mulai intensitas penemuan dini kasus, penguatan petugas (dokter, bidan perawat), penyedia sarana KIE, dan sosialisasi faktor resiko pada masyarakat.

Selain itu, kolaborasi dengan lintas sektor dalam pengendalian faktor resiko, serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit.

“Juga mendorong pola didup bersih dan sehat (PHBS) di masyarakat,” terangnya.

Edi tak lupa juga menyebutkan kaitan faktor resiko ISPA. Meliputi kekebalan tubuh yang lemah, dan rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat di keluarga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *