Advertisement

Maraknya Tawuran Pelajar SMA, di Mana Peran Pendidikan?

Advertisement

JATENG MEMANGGIL – Tawuran pelajar merupakan sebuah perilaku perkelahian yang melibatkan beberapa individu atau dilakukan secara bersama-sama di mana terdapat kelompok yang menjadi pelaku dan ada kelompok yang menjadi korbannya. Para pelajar melakukan tawuran bukan tanpa adanya sebab, penyebab tawuran pada umumnya adanya sebuah dendam antar sekolah atau antar SMA.

Dengan rasa kesetiakawanan yang tinggi para siswa itu akan membalas sebuah perlakuan yang disebabkan oleh siswa sekolah yang dianggap mereka merugikan seorang siswa atau mencemarkan nama baik sekolah tersebut.

Menurut Kusmiyati dkk (2007: 90), penyebab terjadinya sebuah tawuran antar pelajar ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang mendasari. Pertama, faktor dari kondisi keluarga yang dimana para pelajar tersebut kurang mendapatkan perhatian dari orang tua. Kedua, perwujudan dari pencarian jati diri. Ketiga, solidaritas yang tinggi karena adanya perasaan senasib dan sepenanggungan.

Baca Juga:   Lestarikan Tradisi Intelektual Pesantren Salaf, JPPPM Gelar Bahtsul Masail

Keempat, adanya sebuah perasaan iri/benci dan dendam terhadap sekelompok pelajar lain. Kelima, kondisi ekonomi keluarga pelajar yang kurang. Keenam, adanya rasa menjaga gengsi suatu kelompok. Dan ketujuh, kurangnya sebuah sarana aktifitas fisik seperti sebuah lapangan olahraga serta sarana hiburan

Ilustrasi tawuran. (Jateng Memanggil/Ist)

Dalam hal tawuran pelajar SMA ini, bukanlah sebuah masalah kecil bagi Dinas Pendidikan. Tidak hanya di satu kota saja yang sering terjadi, tetapi di berbagai kota sudah menyeluruh dan merupakan sebuah kelaziman. Masalah tawuran ini terkadang berawal dari masalah sepele seperti saling mengejek antar beda pelajar sekolah, ada pula yang memang pelajar tersebut senang membuat onar yang biasa ikut tergabung dalam suatu genk.

Baca Juga:   KPU Kendal Rekap Hasil Penghitungan Suara Pilkada 2024

Pihak sekolah sendiri berupaya untuk memberikan teguran dan sanksi bagi siswanya yang ikut dalam tawuran, namun upaya yang dilakukan dari pihak sekolah tak berbuah baik, mereka tidak menghiraukan hal itu. Yang lebih parahnya lagi mereka melakukan tawuran tersebut di tempat umum, dimana otomatis mengganggu kenyamanan para pemakai tempat umum (jalan) dan pastinya merusak fasilitas kenyamanan para pemakai jalan yang lain.

Dalam tawuran tersebut para pelajar ini tak tanggung-tanggung menggunakan senjata tajam seperti pisau, belati, rantai, gir, dll. Dari pihak pemerintah sendiri telah memberikan instruksi pada lembaga Kepolisian bahwa jika memang terjadi tawuran pelajar yang sudah melanggar dan bertindak anarkis, segera untuk ditangkap dan diamankan di pihak kepolisian setempat.

Baca Juga:   Lestarikan Tradisi Intelektual Pesantren Salaf, JPPPM Gelar Bahtsul Masail

Dari pihak Dinas Pendidikan sendiri berencana akan langsung menegur pihak sekolah yang anak didiknya ikut tawuran dan memeberikan sanksi berupa sekolah tersebut tidak akan diakui Akreditasnya.

Hal itu dilakukan karena Dinas Pendidikan sendiri menganggap bahwa sekolah tersebut tidak mampu untuk mendidik anak didiknya dengan baik. Padahal jika kita ketahui, pelajar merupakan tonggak generasi pemimpin bangsa. Bagaimana bangsa akan maju jika generasi sekarang sudah mengenal tawuran.

Maka dari itu, untuk memperbaiki itu semua diperlukan bantuan dari berbagai pihak seperti pihak keluarga, sekolah dan lembaga kepolisian. Semua pihak diikutsertakan dalam mencegah terjadinya aksi tawuran pelajaran lagi.

Penulis : Anna Shafiya Faizatunnisa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *