JATENG MEMANGGIL- Kirab Sego Wiwit hadir kembali di Candi Ngawen, Muntilan Kabupaten Magelang. Yang berbeda kali ini, Kirab Sego Wiwit tersebut bukan digelar pada kegiatan Festival Desa Ngawen, tetapi dalam rangkaian Waisak 2023 pada ajang kegiatan Festival Bumi Mandala.
Kepala Desa Ngawen, Ndaru Hapsari mengatakan, Festival Bumi Mandala tahun kedua digelar selama tiga hari, mulai 1-3 Juni 2023. Festival itu telah menjadi agenda tahunan, hasil kerja sama dengan Tim Waisak.
“Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan tradisi Sego Wiwit kepada peserta dan pengunjung Festival Bumi Mandala, dalam skala nasional dan internasional, atau mancanegara,” ucap Ndaru Hapsari, di sela kegiatan, Sabtu (3/6/2023).
Dijelaskan, Sego Wiwit mempunyai arti Nasi Wiwit (mengawali), yang dibuat untuk mengawali masa panen. Prosesi tersebut merupakan bentuk rasa syukur, agar petani dikaruniai hasil panen yang melimpah. Dan tradisi tersebut masih terjaga hingga saat ini.
Sego Wiwit yang dikirab dalam bentuk tumpeng, terdiri dari nasi putih, ingkung ayam, aneka sayuran rebus dan jajan pasar. Kemudian ditambah pepes yuyu atau kepiting sawah dan sompil (keong kecil). Adapun sayuran rebus kemudian disajikan bersama kelapa parut bumbu kluban atau urap.
“Untuk yuyu dan sompil diambil dari sungai atau sawah, yang menjadi habitat kedua hewan tersebut. Karena semua unsur Sego Wiwit diambil dari alam yang menjadi lahan pertanian, dan 60 persen tanah di Desa Ngawen adalah lahan pertanian,” papar Ndaru.
Dia mengatakan, Sego Wiwit tersebut dikirab dengan jarak kurang dari satu kilometer, menuju Komplek Candi Ngawen. Peserta kirab kali ini sejumlah 16 kelompok dari semua dusun di Desa Ngawen.
“Perbedaannya adalah Kirab Sego Wiwit saat Festival Candi Ngawen, Kirab Sego Wiwit dinilai oleh juri. Sedangkan Kirab Sego Wiwit di Festival Bumi Mandala, kirab tidak dinilai. Karena tujuannya untuk memperkenalkan Sego Wiwit kepada tamu nasional dan internasional,” tutup Ndaru.