JATENG MEMANGGIL- Sejarah dan budaya islam, masih menarik perhatian bagi semua kalangan. Tidak hanya di kaum muslimin saja, sejarah islam ini masih banyak diminati kalayak umum..
Seperti halnya Naniek Himatul Hanifah, seorang penulis buku atau novel, yang masih gemar akan menulis dan membaca sejaarah dan kebudayaan. Baik budaya jawa maupun budaya islam.
Hima mengaku, sejak kecil, orang tua Hima selalu dan tak bosan untuk mengajarkan dan menceritakan kisah-kisah perjuangan para khalifah di zaman Rasulullah. Besar harapan, sang anak akan dapat meneladani dan menerapkan nilai-nilai sikap dan perilaku mulia Khulafaurr Rosyidin sang penerus perjuangan Raosulullah dalam menyebarkan islam.
Hima menceritakan, dari cerita Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW, banyak sekali manfaat yang ia ambil dalam berperilaku.
Menurut Hima, acara televisi yang menyuguhkan cerita islami selalu menjadi favorit keluarga, salah satunya cerita tentang seorang Sultan yang gagah berani, berwibawa dan santun budi pekertinya.
"Itu barangkali yang masih saya ingat. Seorang Sultan yang tinggal di Kota Konstantinopel, dalam film atau serial tersebut, kalau coba saya ingat-ingat kembail menceritakan tentang perjuangan dalam menumpas kebatilan. Itu garis besar yang saya ingat," kata Naniek Himatul Hanifah, Senin (05/05/2025).
Hima sapaan akrabnya, mengatakan, ketika ia memasuki Sekolah Menengah Atas (SMA) ia kembali menemukan kata Konstantinopel dalam mata pelajaran Sejarah.
"Saat itu saya kembali mengingat serial tentang perjuangan seorang Sultan dalam mewujudkan nilai-nilai keislaman. Itu sebuah cerita yang menarik," paparnya.
Namun, lanjut Hima dirinya masih tidak terlalu terpikat akan sisi yang memikat dari Konstantinopel. Meskipun dirinya menilainya itu hal yang bagus, mendidik dan membawa dirinya kepada pembelajaran diri lebih mendalam tentang nilai-nilai keislaman, asal usul dan perjuangan.
"Sekali lagi, saya dipertemukan dengan kata Konstantinopel pada tayangan televisi tentang Khazanah Islam di salah satu televisi swasta di Indonesia, yang sekarang disebut dengan nama Istanbul. Lagi-lagi, saya dibuat kagum. Terperangah. Ohh ternyata!," terangnya.
Dan disaat bersamaan, lanjut Hima, entah mengapa dirinya mulai tertarik dengan Turkey?.
"Karena waktu itu seringnya saya mendengar orang-orang menyebut nama Turkey. Terlebih ketika saya masih bekerja di sebuah perusahan tower dan kontruksi, bos saya memberikan kepercayaan kepada saya untuk mendaftarkan beberapa anaknya ke beberapa sekolah bertaraf Internasional. Salah satunya di Sekolah Semesta, yang memiliki basic pembelajaran kurikulum pendidikan di Turkey," paparnya.
Semenjak itupula, kata Hima, ia mulai tertarik dengan hal yang berhubungan dengan Turkey.
"Sayapun mulai mengenal Jalaludin Ar Rumi, sosok yang selalu digembar-gemborkan dan diagungkan Ahmad Dhani, personil Band Dewa. Jalaludin Ar Rumi menjadi salah satu inspirasi Dhani dalam menulis lagu dan tentunya ide untuk memberikan nama untuk anak-anaknya," ungkapnya.
Menurut Hima, nilai yang diajarkan dalam setiap puisi Jalaludin Ar Rumi begitu menyentuh. Tidak hanya berkisar hal duniawai saja, melainkan berkaitan dengan Sang Pencipta. Sedangkan Jalaludin Ar Rumi sendiri pernah menetap di Turkey, selama beberapa tahun.
"Semakin hari saya semakin menyadari. saya jatuh cinta dengan Turkey. Hingga saya mencoba berkomunikasi dengan orang Turkey di dunia nyata. Sekaligus di jejaring sosial. Luar biasa! Itu yang saya rasakan. Perjalanan kerohanian saya juga semakin mendalam untuk mempelajari islam lebih meluas lagi," ujarnya.
Sebagai informasi, Naniek Himatul Hanifah merupakan sarjana lulusan Undip. Hima juga termasuk penggiat Ex annoucer, ex teacher dan freelance journalis. Hima juga Suka menulis dan membaca kehidupan melalui pengamatan. Mempelajari manusia melalui Astrology, Psikology dan Komunikasi. Sangat tertarik dengan sejarah, arsitekur dan bahasa.