JATENG MEMANGGIL- Sebanyak 38 Bhante (Biksu Thudong) mendapat pengawalan ketat dari Aparat Penegak Hukum (APH) dan Banser di Kendal, saat melintasi wilayah Kendal. Bahkan, Biksu Thudong ini mendapat sambutan hangat dari Pemerintah Kabupaten Kendal, Senin (05/05/2025).

Dikatehui, Thudong sendiri merupakan ritual perjalanan yang dilakukan oleh para biksu atau bhante dengan cara berjalan kaki. Bhante adalah sebutan agung untuk biksu yang dihormati atau diakui dalam agama Buddha.

Mengutip dari Access to Insight, umumnya ritual thudong dilaksanakan jelang hari-hari keagamaan tertentu, salah satunya Waisak. Para bhante yang melakukan perjalanan thudong, sering kali melewati ribuan kilometer.

Istilah thudong sendiri berasal dari bahasa Thailand. Secara harafiah, kata thudong diartikan sebagai "sarana untuk melepaskan diri.

Bisa dibilang, kegiatan thudong merujuk pada praktik pertapaan ekstrem yang diizinkan Sang Buddha untuk murid-muridnya.

Selain berjalan kaki, ritual lain dalam thudong juga termasuk makan satu kali sehari, tidak pernah berbaring, mengenakan jubah yang terbuat dari potongan kain yang dibuang, dan hanya berteduh di pohon.

Praktik-praktik tersebut, membantu bhikkhu thudong untuk mendisiplinkan dirinya sendiri, serta meningkatkan kondisi mental dengan melepaskan diri.

Ritual thudong sendiri adalah tradisi yang sudah dikenal selama ribuan tahun. Selama 2.500 tahun lebih, kehidupan thudong telah dijalani oleh para bhikku di berbagai negeri.

Meski demikian, tidak banyak yang bisa ditemukan untuk merekam kehidupan mereka karena para bhante yang mengambil jalan thudong biasanya bukan penulis, serta kerap melakukan latihan mereka di pengasingan.

Selama menjalankan thudong, para bhante diberi kesempatan tinggal di hutan, gunung, maupun gua. Walaupun berada di tempat yang asing, tetapi hari para bhante akan dimulai lebih awal dengan semangat yang dia bangun.

Setelah itu, mereka akan melakukan meditasi demi melawan lima rintangan. Proses meditasi ini akan berakhir ketika waktu fajar mulai mendekat, lalu akan ditutup dengan persembahan menggunakan dupa atau lilin dan bersujud kepada Buddha.

Kali ini, sebanyak 38 Biksu Thudong Thudong kembali menjalankan ritual berjalan kaki. Thudong menempuh perjalan jauh dari Bangkok menuju Borobudur di tahun 2025.

Sepanjang perjalanan, para biksu hanya mengenakan jubah oranye, sepasang sandal, dan kaus kaki.

Diketahui, puncak perayaan Tri Suci Waisak 2025 akan dilaksanakan pada hari Senin 12 Mei 2025, pukul 23.55.59 WIB di Candi Borobudur.

Prosesi dimulai dengan pengambilan api abadi dari Mrapen di Grobogan pada 10 Mei 2025. Sehari setelahnya dilakukan pengambilan air dari Umbul Jumprit di Temanggung.

Saat ini, perjalanan ritual jalan kaki 38 Biksu Thudong ini sudah sampai di Weleri. Menurut informasi yang didapat Tim Memanggil, 38 Thudong itu berencana akan menginap di Kendal.